Bulan Biru

Bulan itu masih biru,
saat sensori pneumotaxic dan apneustic menyambut restu,
helaan kembang dada berlagu,
separa kaku tubuh layu,
hormon pemaksaan elak keserakahan tubuh keletihan,
melatonin bekerja parathyroid beraja.

Tuhan.

Kau izinkan tubuh terjaga saat selimut mendakap manja,
masih lagi sisa nyawa berbaki walau malam semakin sepi,
sayang apa cuba kau beri pada tubuh laknat peminta simpati ini?
cinta apa kau tabur pada sosok hina tidak jujur?
Sehingga setiap hafaz dan lafaz, lena dan jaga, degupan masihku rasa?

Tuhan.

Apakah kau mengharap sayang yang sama dari tubuh laknat pembuat onar?
Apakah kau damba cinta yang serupa dari sosok hina jauh sedar?

Tuhan.

Bulan itu masih biru saat pineal menyeru melepaskan lelah di kamar resah,
Bulan masih biru saatku dendangkan lagu merayu.

Kasih ku damba terus-terusan.
Cinta ku harap terzahir berpanjangan.

Bulan masih biru.
Sedang engkau tetaplah engkau,
Dan aku tetaplah aku.

Dendang ratapan cinta,
bergendang harapan rindu,
Irama tangisan sayang.

Permudahkan lah, Tuhan.

Bulan masih biru.

0 comments:

Blog Widget by LinkWithin